Total Tayangan Halaman

Senin, 12 Maret 2012

Korea Utara Vs Korea Selatan


 Konflik Bilateral Korea Utara Dan Korea Selatan




Hingga sampai saat ini, ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan masih berlanjut. Perseteruan ini sudah sejak lama terjadi sejak tahun 1950 yang beberapa tahun kemudian mendingin, namun sekarang keadaan mulai memanas lagi. Kedua belah pihak saling bersitegang dan saling bersaing di bidang militer.

            Korut, ialah negara yang masuk dalam bagian blok timur dibantu dengan negara-negara seperti Rusia dan China. Sedangkan, Korsel termasuk dalam bagian blok barat yang dibantu negara-negara hebat seperti Amerika Serikat dan Jepang. Sebenarnya permasalahan antara Korsel dan Korut bisa berakhir, dengan ditandatangani persetujuan gencatan senjata antara Amerika Serikat, China, dan Korut. Namun saat itu pimpinan Korsel menolak menandatangani persetujuan tersebut tetapi berjanji menghormati kesepakatan tersebut. Sehingga secara resmi perseteruan antara Korsel dan Korut belum berakhir.

            Pada tahun 2010 hingga tahun 2011, terjadi ketegangan-ketegangan antara kedua belah pihak, Korsel dan Korut. Dimulai dari keduanya yang sama-sama dicurigai, saling menuduh terlibat dalam pembuatan dan pengembangan nuklir juga adanya pembuatan peluru kendali. Akibatnya terjadi persaingan dan ketegangan antara keduanya, baik hubungan bilateral mereka dan tentu saja di bidang militer.

            Ketegangan antara keduanya terlihat ketika adanya ancaman dari salah satu pihak, pernah Korut akan melakukan balasan terhadap Korsel jika salah satu artilerinya mengenai wilayah di Korut. Namun Korut sendiri juga pernah menguji artilerinya yang diduga membuat beberapa warga negara Korsel tewas. Keduanya semakin memanas. Mulai timbulnya masalah-masalah tersebut, ternyata telah dilirik oleh beberapa negara-negara di dunia, bahkan diangkat dalam pembahasan di berbagai forum tingkat internasional. Negara sahabat mereka masing-masing mulai sedikit demi sedikit membantu baik dukungan maupun kerjasama militer dan pertahanan.

            Korea Utara dominan dibantu oleh sekutu besarnya Rusia, sedangkan Korea Selatan dibantu oleh sekutu sekaligus negara adidaya Amerika Serikat. Bantuan dari sekutu mereka tidak hanya dukungan, tapi juga pasokan baik tentara maupun senjata. Sementara itu, Korsel dan Korut tetap bersitegang, keduanya bahkan melakukan baku tembak saat Korsel sedang melakukan latihan perang.

Ditengah-tengah ketegangan ini, Korea Utara membuat rudal yang bernama Taepodong, diduga rudal tersebut adalah rudal paling mematikan di dunia, bisa jadi hal tersebut menjadi ancaman nyata bagi musuh mereka Korea Selatan dan sekutunya. Namun Korsel tidak diam saja atas kemampuan militer yang dimiliki Korut, Korsel menunjukkan rudal milik mereka yang bernama Hyunmoo, diduga rudal tersebut mampu menjangkau Beijing dan Tokyo serta mengunci sasaran di seluruh wilayah Korea Utara. Tetapi jika dibandingkan keduanya, Taepodong lebih hebat, mengingat modifikasi rudal tersebut Taepodong 2 dan 3 memiliki radius hingga 5000-6000 Km yang mampu menjangkau Jakarta bahkan Pakistan dan India.

Belakangan ini, Korea Selatan membuat geram Korea Utara. Dan bentuknya bervariasi, mulai dari unjuk kekuatan senjata hingga latihan perang. Salah satu bentuknya, Korea Selatan sering melakukan latihan perang di perbatasan Korsel-Korut. Dan disaat yang seperti ini, bahkan Korsel mengadakan latihan perang bersama Amerika Serikat, salah satunya latihan antikapal selam di Yellow Sea, laut sebelah barat daya Korut. Latihan tersebut menjadi latihan antikapal selam terbesar bersama sekutu menurut Korsel. Seringkali Korsel dan Amerika Selatan mengadakan latihan perang di semenanjung Korea membuat Korea Utara mengancam akan menggagalkan latihan tersebut jika membahayakan wilayah Korut.

Namun Amerika Serikat bersikap cuek atas ancaman Korut, karena menurutnya ancaman tersebut selalu ada setiap kali mengadakan latihan perang bersama Korsel. Sementara itu, pengamat di berbagai negara akan memastikan bahwa latihan tersebut tidak akan mengusik perjanjian gencatan senjata yang diteken untuk mengakhiri perang Korea.

Latihan militer yang dilakukan Korea Selatan bersama Amerika Serikat diadakan setiap tahun, dan hal tersebut ditanggapi betul oleh Korut. Pemerintah Korea Utara menyatakan negaranya siap perang melawan Korea Selatan dan sekutunya Amerika Serikat. Jika Korea Selatan dan Amerika Serikat tetap meneruskan rencana mereka untuk melakukan latihan militer tahunan, Korea Utara mengancam akan melancarkan “perang suci” terhadap keduanya, pernyataan yang dikeluarkan oleh Korut tersebut juga mengisyaratkan kemungkinan pembalasan nuklir dan mengatakan senjata nuklir bukan monopoli Amerika Serikat semata dan bahwa Pyongyang memiliki alat perang yang lebih kuat dari pada nuklir Amerika Serikat.

Sementara mengancam, Korea Utara kembali menunjukkan sikap agresifnya kepada Korsel, setelah Kim Jong Il meninggal dunia pada Desember 2011. Kim Jong Un, putra dari mendiang mantan pemimpin Korut yang saat ini naik tahta kerap melakukan kunjungan ke fasilitas militernya, itu dilakukan olehnya guna memeriksa kapabilitas pasukan dan persenjataannya. Kim Jong Un juga sudah memerintahkan militernya agar melakukan serangan balasan dengan intensitas besar apabila latihan perang Korsel dan Amerika benar-benar mengganggu kedaulatan Korea Utara. Tindakan Korea Selatan-Amerika Serikat itu adalah bentuk provokasi militer dari sebuah pasukan yang suka berperang. Mereka melakukan ini untuk mendorong situasi di semenanjung Korea masuk ke dalam sebuah arena peperangan.

Pemerintah Korea Utara tidak main-main dengan hal ini, negara komunis tersebut siap untuk perang total dan menyatakan bahwa latihan perang Korea Selatan dan Amerika Serikat akan merusak hubungan antara kedua Korea. Namun, pengamat militer meragukan ancaman Korea Utara itu akan benar-benar dilaksanakan. Akan tetapi yang terpenting bagi Korea Utara saat ini adalah menciptakan stabilitas dalam negeri mengingat keadaan saat ini masih berada di tengah masa transisi kepemimpinan dari mendiang Kim Jong Il kepada putranya Kim Jong Un. Rusia sebagai sekutu Korea Utara mengatakan bahwa dunia harus waspada terhadap konflik Korut-Korsel ini. Kecurigaan bahwa Korea Utara telah berhasil membangun bom nuklir menjadi kekhawatiran dunia. Sebab, apabila Korea Utara dan Korea Selatan saling menyerang , maka kemungkinan besar Korut akan menggunakan bom nuklir mereka ketika dalam keadaan terdesak.

Jika hal tersebut terjadi, bukan hanya Korea Selatan saja yang menjadi korban, tetapi juga seluruh negara-negara di Asia bahkan mungkin daratan Eropa dan Amerika terkena imbas dari ledakan bom nuklir milik Korut tersebut. Kecemasan negara-negara di dunia semakin bertambah, sebab masih belum ada yang mengetahui sampai di mana kekuatan bom nuklir yang dibangun Korea Selatan. Cukup jelas bahwa ledakan dahsyat bom nuklir dapat merusak ekologi bumi, dan berimbas terhadap perubahan iklim dan cuaca di dunia.

Berdasarkan artikel di atas yang membahas tentang konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan, saya berpendapat bahwa seharusnya peran PBB di dunia harus lebih bijak dalam menyikapi permasalahan tersebut. Kebijakan PBB untuk meminimalisir konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan harus segera dilakukan, karena jika terlambat, tentu akibat dari masalah tersebut akan berdampak pada keamanan dunia. Partisipasi negara-negara di dunia untuk ikut serta dalam membantu meminimalisir konflik Korut-Korsel tentu akan sangat membantu.

Macam-macam cara yang dilakukan PBB antara lain bisa dengan mengadakan pertemuan yang melibatkan Korut-Korsel, di mana pertemuan tersebut PBB lah yang menjadi penengah antara Korut-Korsel. Di sana pembahasan tentang bagaimana cara menyelesaikan konflik antar Korut-Korsel bisa secepatnya diakhiri, agak sulit untuk memecah permasalahan tersebut, disebabkan mengingat bahwa Korsel, tempo hari tidak menandatangani perjanjian gencatan senjata. Namun, jika diantara kedua negara, Korut-Korsel, ada keinginan untuk berdamai, maka hal tersebut memungkinkan adanya perdamaian antara keduanya. Sementara, untuk negara-negara sekutu dari Korut-Korsel, sebaiknya tidak terlalu menonjol dalam mendukung Korut atau Korsel. Sebab, hal ini agar mempercepat penyelesaian konflik antara Korut-Korsel. Ada kalanya, negara-negara sekutu membantu PBB dalam menyelesaikan konflik ini bersama negara-negara yang bukan sekutu. Tinggal bagaimana PBB segera mengadakan pertemuan yang melibatkan Korut-Korsel, berdasarkan konfirmasi antara keduanya. Yang jelas, saat ini Korut sedang dalam masa transisi kepemimpinan, dari mendiang Kim Jong Il ke putranya Kim Jong Un.



Nama   : Muhammad Rifqi Anggara

Kelas   : XI IA 1/18

Subj.    : PKn (HI)